Dampak buruk tersebut diantaranya adalah kecemasan yang disebabkan perasaan terancam baik bagi penyintas (pernah terinfeksi), keluarga penyintas bahkan masyarakat yang sama sekali belum pernah terinfeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui intensitas kecemasan yang diakibatkan oleh pandemic ini, serta bagaimana efektifitas konseling islami dengan Teknik Desensitisasi sistematis sebagai integrase teknik yang relatife baru untuk mengatasi kecemasan akibat pandemic. Penelitian dirancang dengan metode single subject pre-post test design dengan melibatkan 3 muslimah yang mengalami kecemasan berat akibat pandemic COVID-19. Instrumen yang digunakan adalah skala kecemasan diri yang disusun dengan skala linkert sebagai alat pretest dan posttest. Data yang diperloeh kemudia diuji dengan analisis statistic non parametric wilcoxon test. Konseli diajak untuk melakukan relfeksi serta secara bertahap mengurangi sensitifitas pada dampak pandemic melalui narasi-narasi berbasis agama yang pada akhirnya membuat ketenangan pada diri konseli. Meskipun begitu tetap ditemukan resistensi pada diri konseli terutama disebabkan oleh dorongan pikiran rasional mereka yang selalu mempertentangkan narasi agama dengan kondisi factual di masyarakat. Hasilnya diketahui bahwa pendekatanan keislaman cukup efektif untuk mengatasi kecemasan tersebut. Hal ini dibuktikan dengan Asymp. Sig (2-tailed) diperoleh 0,010 < 0.05 yang berarti terjadi penurunan secara signifikan.

The Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) pandemic affects mental health in communities all over the world. Thus, this paper aims to see the potential of gardening as a therapy for mental health during this COVID-19 pandemic. Through the content analysis method, library research was conducted to examine this intervention. Findings show that gardening can be an alternative approach to prevention and healing in regards to mental health issues. Nature-based intervention such as gardening helps bring the feeling of peace and closeness to Allah which also allows for mental health issues to be curbed and health be restored, which ensures the overall well-being of those affected by COVID-19.

Syukur adalah salah satu daripada amalan sifat mulia dalam Islam yang amat digalakkan. Dalam bidang psikologi positif, syukur atau gratitude dikaji sebagai satu perasaan atau emosi yang menyenangkan terhadap manfaat yang diperoleh. Namun, bersyukur juga dapat diintegrasikan dengan bidang kaunseling sebagai salah satu intervensi yang dapat membantu meningkatkan kesejahteraan seseorang individu klien. Banyak kajian lepas berkenaan sifat bersyukur ini menunjukkan kesan yang positif kepada kesejahteraan diri. Justeru, kajian ini bertujuan untuk: (1) meneroka pengalaman pelajar kaunseling yang telah menjalani intervensi diari syukur; dan (2) menilai pandangan pelajar tentang diari syukur sebagai satu intervensi yang boleh digunakan dalam kaunseling. Kajian ini menjalankan intervensi diari syukur selama empat minggu dengan pelajar kaunseling Tahun 3 dalam kursus yang diambil di salah sebuah universiti awam. Setelah tamat empat minggu, pelajar membuat refleksi tentang pengalaman mereka. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, 59 diari syukur dianalisis menggunakan kaedah analisis kandungan. Tiga tema utama dikenal pasti bagi pengalaman yang dilalui seperti berikut: permulaan baru, perkongsian syukur, dan perubahan diri. Manakala dua tema bagi pandangan sebagai intervensi iaitu manfaat kepada klien dan kepada kaunselor. Hasil kajian mendapati bahawa berdasarkan pengalaman mereka, pelajar kaunseling melihat kepentingan komitmen berterusan apabila mengintegrasikan diari syukur dalam amalan seharian dan kaunseling. Sehubungan itu, kajian ini mencadangkan diari syukur bukan sahaja membantu pelajar kaunseling lebih sejahtera tetapi juga menukar pandangan mereka tentang potensi intervensi yang menggabungkan pendekatan Islami dengan kaunseling.

ThesoulisoneofthemajorpsychologicaltopicswhichhasbeenexploredbyMuslimscholars.Amongthem was Ibn Sinā, a Muslim philosopher, who emphasized the study of the human soul. His mentalconceptionofthesoulwassowell-developedthatitreceivedmuchattentionandappreciationfromlaterIslamic philosophers such as al-Ghazāli, Fakhruddin al-Rāzi, Ibn Rushd and Western scholars. Thisarticle explores Ibn Sinā's concept of the soul and its substance in Islamic education. The methodologyemployed is a literature review together with qualitative research using exploratory, descriptive, andanalyticalapproaches.IbnSināarguedthatthesoulisalivingspiritualsubstanceinspiringthebodyandformstheinfrastructureforacquiringknowledgeandtransformingitinreallife.Incontrasttothebody,the soul is immaterial and eternal. Islamic education cannot be separated from the psychologicalelements elucidated by Ibn Sinā and must incorporate relevant psychological aspects in order to fullydevelop thepotentialof studentstowardsbecoming exemplary human beings(insān kāmil)