The world's transition to an endemic phase has had a significant impact on the global community's mental health. The World Health Organization (WHO) predicts a silent pandemic related to mental health due to Covid-19 during this phase. This can be attributed to the increased pressures of post-pandemic life, including economic aspects and changes in daily routines. Mental health issues such as stress, anxiety, depression, and burnout have been identified. Therefore, initiatives like complementary psychotherapy are crucial for maintaining mental well-being. This study aims to discuss the theoretical dimensions of complementary psychotherapy in Tafsir al-Qurtubi. The focus is on a compilation of interpretations of 18 verses related to tafakkur (contemplation) found in 13 surahs. Using a qualitative method with a thematic content analysis approach, the study reveals that Imam al-Qurtubi's compilation of interpretations of āyāt al-tafakkur is comprehensive and aligns with several dimensions of psychotherapy. These dimensions include the recovery of traumatic experiences, re-education, reassurance, and psychological support. The combination of interpretations clearly demonstrates Imam al-Qurtubi's contribution to developing a complementary approach for preserving psychological well-being. In conclusion, the compilation of interpretations of āyāt al-tafakkur by Imam al-Qurtubi deserves recognition as a valuable part of the theoretical foundation of complementary psychotherapy in managing mental well-being during the endemic phase.

Pasca transisi dunia ke abad ke-21 menunjukkan perubahan dimensi teoritikal dan praktikal psikoterapi telah berinovasi menjadi lebih fleksibel. Trend perubahan tersebut membuka ruang kepada pembangunan mekanisme komplementari dalam psikoterapi arus perdanaberpandukan pelbagai sumber keagamaan dan nilai-nilai spiritual. Sehubungan itu, pelbagai inisiatif pembangunan psikoterapi berorientasikan tafsiran al-Quran telah dihasilkan pelbagai pihak. Antaranya seperti pengintegrasian kandungan al-Quran dalam modelpsikologi barat atau mekanisme psikoterapi arus perdana dan intervensi dalam kerangka perubatan klinikal. Justeru, berasaskan metode analisis retrospektif secara tematik, kajian ini bertujuan mengemukakan sebuah parameter hasil rumusan orientasi tafsiran al-Quran dalam lapangan psikoterapi abad ke-21. Secara khusus, parameter ini berperanan memandu fleksibiliti orientasi tafsiran al-Quran dalam lapangan psikoterapi berdasarkan klasifikasi Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition(DSM-5). Secara keseluruhan, tafsiran lengkap 72 nas al-Quran yang membicarakan perihal jiwa telah dianalisis secara komprehensif dan dipetakan selari dengan klasifikasi DSM-5. Tuntasnya, parameter orientasi tafsiran al-Quran ini akan memudahkan proses aplikasi tafsiran al-Quran sebagai mekanisme psikoterapi arus perdana. Kesimpulannya, pembangunan psikoterapi sepanjang abad ke-21 membuktikan kepentingan dan kemantapan tafsiran al-Quran sebagai mekanisme penjagaan kesihatan mental. Oleh demikian, adalah tidak keterlaluan orientasi tafsiran al-Quran dalam lapangan psikoterapi boleh dimartabatkan sebagai mekanisme psikoterapi komplementari arus perdana abad ke-21