Berasal daripada kata bahasa arab “ba-ra-ka” yang bermakna ianya penambahan, kebahagiaan dan tumbuh. Barakah adalah kebaikan, nikmat dan selalu bertambah, dengan disertai sifat tetap dan isitiqamahnya kebaikan tersebut, samaada pada ilmu, harta, keluarga, masa maupun yang lainnya. Semisal kita mendoakan kebarakahan kepada orang lain atau guru kita, bererti kita mendoakan agar rezeki, umur, ilmu guru kita bertambah baik. Dalam Quran kata barakah terdapat dalam 31 ayat yang tersebar ke dalam 24 surah. Ini menunjukkan akan pentingnya makna barakah dan aplikasinya barakah dalam kehidupan kita. Kebarakahan dapat diperolehi secara individu maupun institusi, dalam hal ini akan diterangkan makna barakah dalam sebuah institusi pendidikan iaitu Pondok Moden Darussalam Gontor Ponorogo Indonesia dan aplikasinya, yang mana institusi Pondok ini telah berdiri pada tahun 1345 H (1926 EM). Pada dekade awal berdirinya, Gontor hanya mempunyai puluhan pelajar/santri, dan sekarang telah bertambah menjadi lebih kurang 25.000 pelajar/santri dan berkembang daripada 1 kampus menjadi 21 kampus cawangan diseluruh Indonesia dan lebih kurang 200 pondok yang didirikan alumninya dengan mengikuti metod/kurikulum Gontor. Ini menunjukkan kebarakahan dalam sebuah institusi pendidikan yang mesti kita pelajari, kaji dan selidiki, dalam kaitannya dengan pelan USIM sendiri untuk menuju dan merintis kampus barakah pada tahun 1457 H (2035 EM).

Pemimpin adalah sesuatu yang sangat penting dalam kemapanan kehidupan manusia didunia ini. Setiap individu kelak akan menjadi seorang pemimpin, sekurang-kurangnya seorang pemimpin bagi diri sendiri mahupun pempimpin bagi keluarganya masing-masing. Al-Quran memandang penting makna sebuah pemimpin, kerana dengan kehadiran pemimpin yang baik, ia akan membawa kebaikkan kepada masyarakat dan individu dibawah kepemimpinannya. Berdasarkan kajian di dalam ayat-ayat al-Quran, didapati bahawa terdapat 4 istilah pemimpin, iaitu; khalifah, imam, wali, dan ulil amri. Pada masa ini, kita disibukkan dengan belbagai agenda melilih calon-calon pempimpin, tidak kira pemimpin suatu kumpulan kecil suatu masyarakat, bahkan sampai pemilihan yang besar setingkat Negara. Jangan sampai kita salah dalam memilih seorang pemimpin, dimana mereka itulah kelak yang akan memimpin kita dalam masa yang tidak sedikit. Maka dari kepentingan inilah kajian ini dibuat agar kita dapat mengetahui kriteria / ciri-ciri pemimpin yang wajib kita pilih sesuai panduan al-Quran dan juga mengikut dalil-dalil daripada hadis Rasulullah SAW. Dasar kajian ini mengikut pengalaman pemilihan Gabenor di Jakarta, Indonesia pada tahun 2017 yang telah berjaya diadakan dengan pelbagai cabaran yang dilalui, terutama bagi umat Islam di Jakarta.

Hasbi Ash-Shiddiqie and Hamka, two scholars of the era marked by Indonesian colonialism, authored highly acclaimed tasfir works that actively countered prevailing ideologies, particularly Western liberal thought. This concept inspired the title: "Hasbi Ash-Shiddiqie and Hamka and Their Critique of Liberal Thought in Tafsir An-Nur and Al-Azhar and its Impact on Indonesian Society." The study grapples with the challenge of delineating the methodology inherent in Western liberal thought and defining an optimal approach for its critique. The researcher adopts a comprehensive strategy, employing historical, analytical, and deductive methods grounded in Islamic literature. Critical examination extends to reputable works rooted in liberal ideologies, with a primary focus on Tafsir An-Nur by Professor Hasbi Ash-Shiddiqie and Tafsir Al-Azhar by Professor Hamka. These texts serve as primary references, facilitating the analysis of pivotal liberal concepts. The researcher elucidates the interpretations and stances of both scholars concerning liberal thought, thus presenting a significant contribution to the discourse on how to denounce or engage with liberal ideologies. The study's conclusion asserts the prominence of Professors Hasbi Ash-Shiddiqie and Hamka as key critics of liberal thought in Indonesia. While Professor Hasbi Ash-Shiddiqie exhibits a somewhat lesser degree of criticism towards liberal ideas in his writings compared to Professor Hamka, the research underscores their collective importance in challenging liberal thinking. Drawing on these observations, the researcher contends that liberalism conflicts with the tenets of Islam and the Sunnah of Prophet Muhammad SAW. Consequently, the study recommends discarding Western-oriented, heretical ideologies propagated by Orientalists, which advocate for self-rule and detachment from religious legislation.

A research conducted through historical approach as methodology, analysis and deductive method, regarding Jihad definition according to Sayyid Qutb and the influence on Jamaah Islamiyyah in Indonesia. This paper examine the history and Sayyid Qutb’s understanding in his book: “In the Shade of The Qur’an/Fi Zilal Quran” as well as explanation by some contemporary scholars on jihad as whole and specially in addition, elaboration Jamaah Islamiyah history and member’s opinion on jihad meaning, thru their movement in applying current context of jihad as many people view as a terrorist act, furthermore dakwah including jihad by Jamaah Islamiyah. In order to collect the data on Sayyid Qutb and contemporary scholar’s thought, also the members of Jamaah Islamiyah about their history and definition on jihad, the writer conducting research through literatures concerning the history and their movement and orientalist literatures discussing about them. The final research shows that the influence Sayyid Qutb understanding on jihad in Jamaah Islamiyah as claimed by westerns is not proven directly, through analysis derived from literatures and articles. This shows that Sayyid Qutb understanding on jihad is right and precise, thus we need to be able to comprehend that he wrote on the definition on jihad attentively, the Jamaah Islamiyah in Indonesia is a group striving to establish Islamic state rules in Indonesia via acting on movements related to terrorism such as illegal military exercise, bombing government building, suicide bombing etc., this group eventually banned by Indonesian government as their existence is extremely dangerous to the society.